MAKALAH
MANFAAT
DAN PENERAPAN ERP DI
PT.
GARUDA INDONESIA
(Dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah pengantar manajamen
umum)
Di susun oleh :
1.
Sipriyani
2.
Rizal
Tri Aryanto
3.
Guntur
4.
Anton
5.
Erwan
Priyanto
6.
Daryoko
7.
Sarifudin
8.
Acep
STMIK MIC CIKARANG
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
2014
Moderator : sipriyani
Pembuat : Sarifudin
Pemateri : 1. Rizal tri aryanto
2. Erwan priyanto
3. Daryoko
4. Acep
5. Anton
Notulen : Moh. guntur ramadhan
KATA
PENGANTAR
Segala
puja dan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis akhirnya dapatmenyelesaikanmakalah yang berjudul”MANFAAT DAN PENERAPAN ERP DIPT.
GARUDA INDONESIA”
Keberhasilan dalam penyusunan makalah
ini tentu tidak lepas dari beberapa pihak yang ikut membantu demi kelancaran
dan kesempurnaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1.
Bapak AsepJalaludin,
S.T, M.M selaku dosen mata kuliah pengantar manajamen umum.
2. Semua pihak yang telah membantu makalah ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan. Namun
penulis telah berusaha sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh hasil makalah
dengan baik. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Hormat Kami
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI ......................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
ii
BAB
1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar
Belakang ..................................................................................................
1
1.2. Rumusan
Masalah ............................................................................................
1
1.3. Tujuan
Penulisan ..............................................................................................
2
1.4. Manfaat
Penulisan ..............................................................................................
2
1.5. Sistematika
Penulisan ......................................................................................
2
1.6. Metode
Penulisan ..............................................................................................
2
BAB
2 PEMBAHASAN ....................................................................................................
3
2.1
Landasan Teori ................................................................................................
3
2.2
Sejarah ...........................................................................................................
3
2.2.1 Perusahaan.................................................................................................... 3
2.2.2 Pesawat........................................................................................................ 4
2.2.3 Logo ........................................................................................................... 5
2.3
Profil Perusahaan .................................................................................................. 6
2.4
Struktur Organisasi
............................................................................................ 8
2.5
Organisasi dan
Group ........................................................................................... 9
2.6
Analisis Tujuan Jangka
Panjang .......................................................................... 14
2.7
Hubungan ERP dan SAP
dengan pengoptimalan pertukaran data pada PT Garuda Indonesia ................................................................................................
17
2.8
Penerapan ERP pada
PT Garuda Indonesia ................................................
17
2.9
Kendala PT. Garuda
Indoensia dalam menerapkan SAP
.............................. 18
2.10 Keselamatan Perusahaan
............................................................................. 18
2.10.1 Sasaran Keselamatan
........................................................................ 18
2.10.2 Keamanan Penerbangan
.................................................................... 19
2.10.3 Tidak ada kata kompromi dalam keamanan ......................................... 19
2.10.4 Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
.................................. 20
BAB
3 PENUTUP ............................................................................................................. .
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 22
3.2. Saran .................................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kebutuhan untuk melakukan
pertukaran informasi secara cepat, tepat dan akurat telah membuat banyak
perusahaan mencoba membuat sebuah sistem yang dapat menyediakan informasi
tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing perusahaan. Efisiensi dan efektifitas merupakan alasan
dasar untuk melakukan perbaikan dari sistem yang lama ke bentuk sistem yang
lebih baik lagi.
ERP (Enterprise Resource Planning) adalah
sebuah sistem yang di gunakan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan setiap
pertukaran informasi di sebuah perusahaan,
adalah untuk . ERP diawali oleh munculnya
MRP (Material Requirement Planning) yang digunakan untuk pembuatan bill of material, lalu berkembang
menjadi MRP II dimana financial
accounting (telah menjadi bagian dalam sistem dan setelah banyaknya kebutuhan informasi yang diperlukan
oleh perusahaan, maka terbentuklah sistem ERP yang menghubungkan semua bagian
perusahaan menjadi lebih efesien dan saling berintegrasi satu sama lain.
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan
Indonesia yang berkonsep sebagai full
service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Sistem yang terintegrasi
pada semua bagian telah mendorong banyak perusahan beralih menggunakan ERP
dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi mereka, sehingga pada akhirnya PT.
Garuda Indonesia beralih dari sistem GA2000 ke sistem SAP.
1.2
Rumusan
Masalah
Dalam karya tulis ini batasan
masalah yang akan dibahas adalah :
1. penerapan
sistem ERP pada PT. Garuda Indonesia
2. analisi tujuan jangka panjang
1.3
Tujuan
Penulisan
Karya tulis ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dampak penggunaan ERP pada PT. Garuda Indonesia serta
kendala yang terjadi pada saat penerapan ERP.
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat yang dapat diambil dari
karya tulis ini adalah untuk memahami apa itu ERP dan Bagaimana penerapan dalam
perusahaan.
1.5
Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan karya tulis ini adalah :
BAB I : Latar
belakang, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan, Manfaat penulisan, Sistematika
penulisan, dan Metode penulisan.
BAB II : Landasan Teori, Profil Perusahaan, ERP
& SAP, Penerapan ERP pada PT Garuda Indonesia.
BAB III : Kesimpulan, Saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan
Teori
Menurut Enterprise
Resource Planning: Global Opportunities & Challenges (Liaquat Hossai),
Sistem ERP atau sistem perusahaan adalah
sistem perangkat lunak untuk manajemen bisnis, mencakup modul pendukung divisi
fungsional seperti perencanaan, manufaktur, penjualan, pemasaran, distribusi,
akuntansi, keuangan, MSDM, manajemen proyek, manajemen persediaan, pelayanan
dan pemeliharaan, transportasi dan e-business.
SAP adalah produk
perangkat lunak ERP yang mempunyai kemampuan untuk
mengintegrasikan
berbagai macam aplikasi bisnis, dimana setiap aplikasi mewakilkan area bisnis
tertentu.
2.2 SEJARAH
2.2.1 PERUSAHAAN
Sejarah Garuda Indonesia sebagai
bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di Indonesia dimulai ketika
bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949, dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”. Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama Garuda Indonesian Airways.
Setahun
kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan
Negara. Pada periode tersebut,
perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38 pesawat, termasuk 22
DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus bertambah,
dan Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika membawa
jemaah haji Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke
negara-negara Eropa dimulai pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center.
2.2.2 PESAWAT
Berawal dari
penerbangan perdana di tahun 1949, Garuda Indonesia, yang sebelumnya bernama
Garuda Indonesian Airways, mulai mengembangkan armadanya. Garuda Indonesia pada
saat itu mengoperasikan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota dan PBY Catalina.
Berikutnya, Garuda Indonesia mengoperasikan armada DH Heron and Convair 340.
Pada tahun
1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia melayani jamaah haji Indonesia ke
tanah suci Mekkah di Saudi Arabia, dengan menggunakan armada Convair 340.
Periode
1960-an adalah masa dimana Garuda Indonesia tumbuh dengan pesat. Pada tahun
1961, armada Lockheed Electra didatangkan ke Bandara Kemayoran, Jakarta. Lima
tahun kemudian, Garuda Indonesia memperkuat armadanya dengan jet empat mesin,
yaitu Douglas DC-8. Di samping itu, armada lain seperti DC-3/C-47 Dakota,
Convair 340, Convair 440, Lockheed Electra, Convair 990A, Fokker F-27 and DC-8
juga melengkapi kekuatan maskapai Garuda Indonesia.
Kemudian pada
tahun 1976, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat
berbadan lebar Douglas DC-10, yang terdaftar sebagai PK-GIA. Satu tahun
kemudian Garuda Indonesia tidak lagi menggunakan pesawat turboprop engine
Fokker F-27. Hal ini membuat Garuda Indonesia sebagai satu-satunya maskapai
yang hanya mengoperasikan pesawat jet, yaitu dengan armada DC-10, DC-9,
DC-8 dan F-28.
Perkembangan
armada yang terus melesat pada tahun 1980, membuat Garuda Indonesia
mendatangkan pesawat berbadan lebar Boeing 747-200. Dua tahun kemudian,
maskapai membeli pesawat berbadan lebar lainnya, yaitu Airbus A300B4 FFCC
(Forward Facing Crew Cockpit). Pesawat dengan kokpit yang berisi dua orang ini
adalah ide dari Wiweko Soepono, mantan Presiden Direktur Garuda Indonesia. Pada
tahun 1984, barisan armada Garuda Indonesia secara lengkap adalah Boeing
747-200, DC-10, Airbus A300B4, DC-9 and F-28. Dengan 36 unit pesawat F-28, pada
saat itu Garuda Indonesia adalah operator F-28 terbesar di dunia.
Pada tahun
1994, Garuda Indonesia memperkuat armadanya dengan pesawat berbadan paling
lebar pada era 90-an, yaitu Boeing 747-400. Sebagai tambahan, barisan armada
Garuda Indonesia juga dilengkapi dengan Boeing 737 seri 300, 400 dan 500.
Selanjutnya
pada tahun 2009, Garuda Indonesia menambah armada berteknologi tinggi, dengan
memperkenalkan Airbus A330-300 dan Boeing 737-800 Next Generation. Kedua jenis
pesawat ini dilengkapi dengan perangkat in-flight entertainment, Audio and
Video on Demand (AVOD), di setiap tempat duduknya. Perangkat ini memungkinkan
penumpang untuk memilih sendiri berbagai macam hiburan seperti film, program
televisi, video musik dan permainan. Sebagai tambahan, tenpat duduk Business
Class Garuda Indonesia Airbus A330 juga dapat sepenuhnya berbaring hingga 180
derajat (flat bed seat).
Kini pada
tahun 2012, Garuda Indonesia kembali menyambut armada baru Bombardier CRJ1000
NextGen.
2.2.3 LOGO
|
1949-1969 : Garuda Klasik
|
Garuda Indonesia berdiri ketika
Indonesia sedang berada di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, ketika
itu Garuda Indonesia menggunakan logo Garuda klasik sebagai simbol identitas.
Sisi atas pesawat berwarna putih, dengan warna merah sepanjang jendela, hal
ini melambangkan bendera nasional Indonesia yang berwarna Merah Putih. Pada
tahun awal berdirinya, Garuda Indonesia memiliki armada DC-3 propeller plane,
jet-engine Convair dan DC-8.
|
|
|
1969-1985 : Logo Oranye
|
Memasuki tahun 1970-an, Garuda
Indonesia mengalami modernisasi. Logo diperbaharui dengan tulisan “Garuda”
dan garis berwarna oranye. Pada periode ini Garuda Indonesia semakin banyak
melayani masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Logo disematkan baik di
pesawat kecil seperti Fokker 27 dan DC-9, juga pada pesawat berbadan lebar
seperti DC-10, Boeing 747-200 dan Airbus A300B4. Logo ini segera
menjadi akrab dengan identitas baru Garuda Indonesia dan dikenal hingga ke
berbagai penjuru dunia.
|
|
|
1985-2009 : Logo Burung Modern
|
Untuk mengantisipasi era
persaingan terbuka dari industri penerbangan nasional dan dunia, Garuda
kembali mengubah logonya pada tahun 1985. Kali ini Logo Garuda Indonesia
menggambarkan burung modern yang dilengkapi dengan tulisan Garuda Indonesia.
Warna dominan pada logo ini adalah biru dan hijau, yang diambil dari warna
alam Indonesia. Pada era ini, armada Garuda Indonesia diperkuat dengan
kedatangan Boeing 737, Boeing 747-400 dan Airbus 330-300.
|
|
|
2009-Sekarang : Logo Sayap Alam
|
Memasuki fase pertumbuhan yang
berkesinambungan dan strategi lompatan besar, pada tahun 2009 Garuda
Indonesia memperbaharui identitas perusahaan agar menjadi lebih modern dan
segar. Hal ini diwujudkan dengan logo “Sayap Alam” yang disematkan pada
bagian ekor armadanya. Program ini juga dilengkapi dengan moderninasasi armada,
yaitu dengan mendatangkan pesawat baru Boeing 737-800NG, Airbus A330-200, dan
Bombardier CRJ1000 NextGen. Kini Garuda Indonesia memperkenalkan konsep
layanan baru yaitu "Garuda Indonesia Experience". Dalam konsep baru
ini, Garuda Indonesia menggabungkan keramahan dan suasana khas Indonesia,
yang berakar pada budaya bangsa.
|
2.3
Profil
Perusahaan
Garuda Indonesia adalah
maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini
Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik dan
18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah,
China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa (Belanda).
Sebagai bentuk
kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi
IATA Operational Safety Audit (IOSA).
Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar internasional di
bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan
pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia Experience".
Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan keramahan asli Indonesia
dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armada baru dilengkapi
dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh individual
di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu, penumpang juga dimanjakan
dengan Audio and Video on Demand (AVOD),
yaitu sistem hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai
pilihan masing-masing penumpang.
Saat ini Garuda
Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada
di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada
di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi
penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di
Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis
utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit
bisnis (Strategic Business Unit/SBU)
dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda
Medical Center. Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT
Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen
perjalanan dan katering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia
layanan sistem pemesanan tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan
teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF
AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat,
perbaikan, dan overhaul.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi
Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang
handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia
menggunakan keramahan Indonesia.
Misi
Perusahaan
Sebagai perusahan penerbangan
pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna
menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang
profesional.
2.4 Struktur Organisasi
2.5 Organisasi dan
Group
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. adalah
maskapai pertama dan terbesar di Indonesia, Dengan pendekatan berorientasi
“melayani”, Garuda Indonesia bertujuan menjadi penyedia layanan terdepan bagi
wisatawan di negara inisekaligus menyediakan layanan pengiriman barang melalui
udara. Grup Garuda Indonesia pada saat ini memiliki lima anak perusahaan yakni
PT Aerowisata, PT GMF Aero Asia, PT Abacus Distribution System, PT Gapura
Angkasa dan PT Aero System Indonesia.
A.
Profil
Dewan Komite
Komite Audit
|
|
Ketua
|
Betti Alisjahbana
|
Anggota
|
Chaerul D. Djakman
|
Prasetyo Suhardi
|
|
Komite Nominasi, Remunerasi, dan
Tata Kelola Perusahaan
|
|
Ketua
|
Wendy Aritenang
|
Wakil Ketua
|
Sonatha Halim Yusuf
|
Anggota
|
G. Suprayitno
|
Komite Pengembangan Usaha dan
Pemantauan Resiko
|
|
Ketua
|
Peter F. Gontha
|
Wakil Ketua
|
Bambang Wahyudi
|
Anggota
|
Asril Fitri Syamas
|
Ahmad Ridwan Dalimunthe
|
B. Profil Dewan Komisaris
|
BAMBANG SUSANTONOKomisaris Utama
Menjabat sebagai Komisaris
Utama sejak 27 April 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Wakil
Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Sebelumnya beliau pernah
menjabat sebagai Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan
Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Staf Ahli Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Persaingan Usaha, Sekretaris Komite
Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur (KKPPI), Wakil Ketua Tim
Teknis Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN), dan Wakil Ketua Tim
Pelaksana Tim Nasional Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus.
Bambang Susantono yang lahir
di Yogyakarta, 4 November 1963, meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari
Institut Teknologi Bandung (ITB), gelar MCP (City & Regional Planning),
MSCE (Transportation Engineering), dan PhD (Infrastructure Planning),
seluruhnya dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Beliau
masih mengajar dan membimbing skripsi, tesis dan disertasi di Program Pasca
Sarjana Bidang llmu Teknik Universitas Indonesia (UI) dan di Sekolah Tinggi
Transportasi Darat (STTD), merupakan Koordinator Kelompok Keahlian Manajemen
Infrastruktur di UI serta dipercaya menjadi Presiden Intelligent
Transportation System (ITS) di Indonesia.
|
|
BETTI SETIASTUTI ALISJAHBANAKomisaris Independen
Menjabat sebagai Komisaris
Independen Perseroan sejak 6 Februari 2012. Saat ini beliau juga menjabat
sebagai Pendiri dan Komisaris PT Quantum Business International, Komisaris PT
Sigma Cipta Caraka, Wakil Ketua Dewan Riset Nasional, Anggota Komite Inovasi
Nasional (KIN), Anggota Advisory Board Insitut Teknologi Bandung, Ketua
Asosiasi Open Source Indonesia, Ketua Komite Tetap Bidang Perangkat Lunak
KADIN Indonesia.
Betti Setiastuti Alisjahbana
yang lahir di Bandung, 2 Agustus 1960, meraih gelar Sarjana Arsitektur dari
Institut Teknologi Bandung.
|
|
CHRIS
KANTER
Komisaris
Independen
Menjabat sebagai Komisaris
Independen sejak 26 April 2013. Selain itu beliau juga menjabat sebagai Wakil
Ketua Umum Apindo, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perdagangan dan
Hubungan Internasional, Dewan Komisaris PT Bank BNP Paribas Indonesia, Tim
Pakar “Joint Study Group on Long Term Vision for Trade and Investment
Cooperation Indonesia – European Union” Departemen Perdagangan, Komite
Ekonomi Nasional Perpres No.31/2010, Komite Penanaman Modal Bidang Hubungan
Dunia Usaha BKPM, Dewan Komisaris PT Indosat Tbk, Founder dan Chairman Sigma
Sembada Group, Founder and Chairman di Swis German University.
Sebelumnya beliau pernah
menjabat sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Investasi dan Transportasi,
Anggota MPR-RI, Ketua Organising Committee Asia-Africa Summit 2005, Tim
Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor Pemerintah
Indonesia.
Chris Kanter yang lahir di
Manado, 25 April 1952 meraih gelar Sarjana dari Fakultas Teknik, UniversitasTrisakti.
|
|
PETER F. GONTHAKomisaris Independen
Menjabat sebagai Komisaris
Independen sejak 28 Juni 2012. Saat ini beliau juga menjabat sebagai
Executive Chairman PT First Media Tbk., Komisaris Utama PT Linknet, Direktur
Utama Persada Giri Abadi, Pendiri dan Komisaris Utama PT Java Festival
Production, Presiden Sun Yen Engineering Singapore, Publisher The Jakarta
Globe, Suara Pembaruan, Investor Daily dan Berita Satu Media Holding, Anggota
Komisi Ekonomi Nasional, Anggota Komite Investasi BKPM dan Wakil Ketua Kamar
Dagang dan Industri Indonesia bidang Investasi.
Peter F. Gontha yang lahir di
Semarang, 4 Mei 1948, menempuh pendidikan Computer Design dan Operation di
Shell Benelux Computing Center, Finance Accounting and Business
Administration di Praep Institute, The Netherlands.
|
|
Wendy
Aritenang
Komisaris
Menjabat sebagai Komisaris
sejak 4 Juni 2007. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Inspektur Jendral
Kementerian Perhubungan.
Sebelumnya beliau pernah
menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Perhubungan, Direktur Jenderal
Perkeretaapian, Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan, Deputi Menteri
Riset dan Teknologi, Komisaris PT PLN Batam, Komisaris PT Adyatirta Batam,
Deputi Ketua Otorita Batam, Kepala Biro Perencanaan - BPP Teknologi.
Wendy Aritenang yang lahir di
Jakarta, 15 Desember 1954, meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) tahun 1979 dan memperoleh gelar Master of
Science& Diploma tahun 1986 dan meraih gelar Doktor (PhD) dalam bidang
Structural Engineering dari University of London at Imperial College of
Science & Technology tahun 1989.
|
|
ISA RACHMATARWATAKomisaris
Menjabat sebagai Komisaris
sejak 2 April 2014. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Staf Ahli Bidang
Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal di Kementerian Keuangan.
Sebelumnya beliau pernah
menjabat sebagai Pegawai Tinggi pada Badan Kebijakan Fiskal, dan Kepala Biro
Perasuransian di Kementerian Keuangan, Kepala Subdirektorat Pengembangan dan
Pelayanan Informasi, Ketua Unit Pelaksana Penjaminan Pemerintah, Kepala
Subdirektorat Pemeriksaan dan Pelayanan, Kepala Seksi Pemeriksaan Dana
Pensiun Lembaga Keuangan di Departemen Keuangan.
Isa Rachmatarwata yang lahir
di Jombang, 30 Desember 1966, meraih gelar Sarjana Matematika dari Institut
Teknologi Bandung (ITB) tahun 1990 dan memperoleh gelar Master of Mathematics
(Actuarial Science) dari University of Waterloo, Kanada tahun 1994.
|
2.6 Analisis
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang dari
perusahaan penerbangan Garuda Indonesia menurut strategic objective adalah :
1. Menuju
Maskapai dengan Standar Layanan Kelas Dunia. Dengan konsep layanan “Garuda
Indonesia Experience” dan standar layanan di seluruh customer’s touch points,
Garuda Indonesia secara konsisten terus meningkatkan standar layanan untuk
menjadi maskapai dengan layanan kelas dunia.
·
Spesific : tujuan jangka panjang tersebut sudah
spesifik, karena Garuda Indonesia memiliki tujuan yang jelas dan fokus, yaitu
memiliki standar layanan kelas dunia.
·
Measurable : kurang measurable. Hal ini dikarenakan
tidak diberikannya penjelasan waktu secara mendetail tentang tujuan Garuda
Indonesia untuk memiliki standar layanan kelas dunia.
·
Attainable : tujuan dapat dicapai oleh Garuda
Indonesia, karena dalam pencapaiannya dilakukan perbaikan secara terus-menerus
terhadap pelayanan yang di berikan kepada pengguna jasa.
·
Realistic : tentu tujuan tersebut dapat dicapai oleh
Garuda Indonesia. Garuda Indonesia telah menjadi salah satu maskapai
penerbangan internasional di Indonesia. Dengan usahanya memberikan pelayanan
yang lebih baik lagi memungkinkan Garuda Indonesia memiliki standar penerbangan
internasional.
·
Time Frame : pada tujuan ini tidak ada waktu yang
dicantumkan untuk mencapai tujuannya.
2. Garuda
Indonesia akan terbang non-stop ke kota London, mendarat di bandara Gatwick,
mulai kuartal keempat 2013 menggunakan pesawat terbaru Boeing 777- 300ER yang
memiliki kelas layanan baru “First Class”.
·
Spesific : tujuan dari Garuda Indonesia sudah jelas,
yaitu akan terbang ke London dengan pesawat Boeing 777-300ER.
·
Measurable : waktu untuk mencapai tujuan itu sudah
jelas, yaitu pada tahun 2013 mulai kuartal keempat.
·
Attainable : cara-cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut tidak dijelaskan secara rinci.
·
Realistic : tujuan ini dapat dicapai oleh Garuda
Indonesia, karena Garuda Indonesia sudah menjadi maskapai penerbangan
internasional. Dengan menambah rutenya ke London, diharapkan Garuda Indonesia
dapat meningkatkan revenue dengan memperluas cakupan penerbangannya.
·
Time Frame : waktu yang ditunjukkan untuk menjalankan
tujuan tersebut dalam tujuan di atas telah jelas.
3. Pada tahun
2012, Perusahaan merencanakan pengembangan usaha dengan memfokuskan pemenuhan
keanggotaan Garuda Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·
Spesific : tujuan tersebut telah jelas, yaitu mencapai
pengembangan usaha dengan memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda Indonesia
sebagai anggota Aliansi Global.
·
Measurable : waktu dalam mencapai tujuan tersebut
jelas, yaitu pada tahun 2012.
·
Attainable : cara yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan tersebut, yaitu dengan memfokuskan pemenuhan keanggotaan Garuda
Indonesia sebagai anggota Aliansi Global.
·
Realistic : dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia dapat
mencapai tujuannya.
·
Time Frame : waktu pada tujuan tersebut telah jelas.
4. Terkait
dengan program Quantum Leap 2011 – 2015, yaitu global alliance, maka pemenuhan SkyTeam requirement tetap
menjadi prioritas utama.
·
Spesific : tujuannya jelas, yaitu global alliance.
·
Measurable :
waktu untuk mencapai tujuan tersebut jelas, yaitu tahun 2011-2015.
·
Attainable : cara yang ditetapkannya, yaitu dengan
pemenuhan SkyTeam requirement tetap menjadi prioritas utama.
·
Realistic : dilihat dari tujuan dan cara untuk
mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia mampu mencapai tujuannya.
·
Time Frame : tahun pada tujuan tersebut, yaitu
2011-2015.
5. Dalam upaya
Garuda Indonesia menjadi full member SkyTeam di tahun 2014, terdapat 3 hal utama yang memegang peran
penting dalam keberhasilan Garuda Indonesia menjadi anggota aliansi global
SkyTeam.
a.
Kesiapan Kerja Sama Bilateral dan Implementasi IT
b.
Change Management
c.
Kegiatan Rutin
·
Specific : tujuan Garuda Indonesia sudah spesifik,
yaitu menjadi full memberSkyTeam di tahun 2014.
·
Measurable : waktu dalam pencapaian tujuan tersebut,
yaitu tahun 2014.
·
Attainable : hal yang memegang peran penting dalam
keberhasilan Garuda Indonesia menjadi anggota aliansi global SkyTeam, yaitu
Kesiapan Kerja Sama Bilateral dan Implementasi IT, Change Management, dan
Kegiatan Rutin.
·
Realistic : Garuda Indonesia dapat mencapai tujuannya
dengan 3 hal penting yang telah disebutkan.
·
Time Frame : waktu untuk mencapai tujuannya, yaitu
tahun 2014.
6. Di tahun
2013, Garuda Indonesia meluncurkan berbagai inisiatif untuk memperluas network
coverage Perusahaan. Seiring dengan rencana kedatangan 24 pesawat baru di tahun
2013, Perusahaan berencana membuka 27 rute baru untuk meningkatkan utilisasi
atas pesawat ini. Selain itu, Perusahaan juga akan menambah hub baru yang akan
dioperasikan dengan menggunakan pesawat CRJ1000 NextGen.
·
Spesific : tujuan yang spesifik, yaitu memperluas
network coverage perusahaan, membuka 27 rute baru, menambah hub baru yang akan
dioperasikan dengan menggunakan pesawat CRJ1000 NextGen.v.
·
Measurable : waktu yang ditetapkan untuk tujuannya,
yaitu tahun 2013.
·
Attainable : cara yang ditetapkan untuk mencapai
tujuan tersebut tidak dijelaskan.
·
Realistic : tujuan tersebut dapat dicapai oleh Garuda
Indonesia, karena sudah ada rencana tentang kedatangan 24 pesawat baru di tahun
2013.
·
Time Frame : waktu untuk mencapai tujuannya, yaitu
2013.
7. Untuk
menjaga konsistensi terhadap kualitas produk dan pelayanan dari sisi
operasional, Garuda Indonesia menargetkan ketepatan penerbangan (On Time
Performance/OTP) sebesar 85%, dimana rata-rata pencapaian OTP tahun sebelumnya
sebesar 84,90%.
·
Spesific : tujuan Garuda Indonesia sudah spesifik,
yaitu menjaga konsistensi terhadap kualitas produk dan pelayanan dari sisi
operasional.
·
Measurable : waktu dalam tujuan tersebut tidak
ditetapkan.
·
Attainable : Garuda Indonesia menetapkan target
ketepatan penerbangan (On Time Performance/OTP) sebesar 85% untuk mencapai
tujuannya.
·
Realistic : dengan adanya target yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan tersebut, Garuda Indonesia akan konsisten terhadap kualitas dan
pelayanan dari sisi operasional.
·
Time Frame : tidak ada penjelasan waktu pada tujuan
tersebut.
2.7
Hubungan ERP dan SAP
dengan pengoptimalan pertukaran data pada
PT Garuda Indonesia
Pada tahun 2000 di bagian keuangan mengalami kendala dalam
pertukaran dan keakuratan data . Karena kemudahan yang diperoleh melalui ERP,
seperti efisiensi data, keakuratan data, efisiensi waktu, kemudahaan memonitor
transaksi yang berlangsung dan memudahkan karyawan dalam bekerja. Selain itu,
karena perkembangan bisnis sangat pesat mengharuskan PT Garuda Indonesia
mengoptimalkan kinerja tiap divisi. Dorongan dari kompetitor dari PT Garuda
Indonesia yaitu PT Luthansa Airlines yang telah berhasil menggunakan SAP dan
terbukti berhasil juga menyebabkan PT Garuda Indonesia menggunakan SAP.
2.8
Penerapan ERP pada PT Garuda
Indonesia
PT Garuda Indonesia
menggunakan ERP untuk menghubungkan dan mengsinkronisasikan tiap divisi
sehingga mengurangi redudansi data, juga untuk pelaporan pekerjaan tiap divisi
ke divisi lain. Pada bagian penjualan proses dimulai dari kostumer datang,
kemudian membeli tiket, kemudian memasukkan data tersebut kedalam sistem dan
masuk ke dalam database kemudian muncul informasi berupa tampilan laporan
penjualan pada bagian keuangan.
Modul modul yang
banyak digunakan oleh PT. Garuda Indonesia :
·
SD - Sales & Distribution : membantu
meningkatkan efisiensi kegiatan operasional berkaitan dengan proses pengelolaan
customer order (proses sales, shipping dan billing)
·
MM - Materials Management : membantu
menjalankan proses pembelian (procurement) dan pengelolaan inventory
·
PP - Production Planning : membantu proses
perencanaan dan kontrol daripada kegiatan produksi (manufacturing) suatu
perusahaan.
·
QM - Quality Management : membantu men-cek
kualitas proses-proses di keseluruhan rantai logistik
Menurut buku Enterpise Resource Planning: Menyelaraskan Teknologi
Informasi dengan Strategi Bisnis ( Wawan,
Falahah ) . Fase fase dalam penerapan ERP adalah inisiasi, evaluasi, seleksi ( business process re-engineering, modification, training, confertion of data ), go live, termination, exploitation &
development. PT. Garuda Indonesia sendiri telah berada pada fase termination, Sehingga dapat disimpulkan
penerapan ERP pada PT. Garuda Indonesia berhasil.
2.9 Kendala PT. Garuda
Indonesia dalam menerapkan SAP
Penerapan ERP di PT. Garuda
Indonesia pada awalnya mengalami hambatan yaitu kurangnya keefisienan system
GA2000 sehingga beberapa pertukaran data masih dilakukan secara manual. Pada
awal penerapan SAP kendala yang terjadi adalah proses memindahkan data dari
sistem GA2000 ke sistem SAP. Selain itu, pada pelatihan awal karyawan untuk
menggunakan SAP.
2.10 KESELAMATAN PERUSAHAAN
Garuda Indonesia berkomitmen untuk menyediakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk semua personel. Kami juga bertujuan
untuk meminimalisir kecelakaan atau insiden yang disebabkan faktor organisasi.
Selain itu, kami menyediakan Keselamatan Manajemen Pendidikan Sistem yang
relevan dan pelatihan untuk semua personel.
2.10.1 Sasaran Keselamatan
Sasaran
Keselamatan disusun bersama-sama dengan Kebijakan Keamanan Garuda Indonesia:
· Untuk mengidentifikasi dan
meminimalisir kondisi-kondisi membahayakan.
· Melakukan analisa bahaya dan resiko
untuk seluruh tujuan terhadap peralatan-peralatan yang baru diperoleh,
fasilitas, operasional dan prosedur serta mengurangi resiko sampai batas yang
dapat diterima.
· Memberikan pendidikan dan pelatihan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Sistem Manajemen Keamanan (Safety
Management System atau SMS) kepada seluruh personel.
· Memberikan lingkungan kerja yang
aman dan sehat kepada seluruh personel.
· Meminimalisasi kecelakaan/kejadian
yang disebabkan oleh faktor-faktor organisasi.
· Untuk mencegah kerugian dan cedera
pada properti dan manusia yang disebabkan oleh operasional perusahaan.
· Meningkatkan keefektivitasan sistem
manajemen keamanan melalui audit keamanan yang dilakukan secara teratur di mana
dilakukan pengkajian ulang seluruh aspek SMS untuk terus membuat kemajuan di
seluruh tingkat keamanan.
· Untuk terus melakukan monitor dan
evaluasi mengenai tingkat keamanan secara teratur.
· Untuk memastikan kepatuhan terhadap
DGCA (CASR 121) Indonesia, Peraturan Internasional (ICAO) dan standar industri
praktik terbaik internasional (IATA).
2.10.2 Keamanan Penerbangan
Industri penerbangan di Indonesia saat ini mengalami
kemajuan yang pesat. Letak geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau
menjadikan penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan aman untuk
menghubungkan antar pulau. Garuda Indonesia sebagai perintis penerbangan
nasional serta pembawa bendera Indonesia, sudah tentu menjadi kebanggaan dan
pilihan masyarakat sebagai pengguna jasa. Sebagai operator penerbangan yang
memiliki sertifikat IOSA, Garuda Indonesia mengedepankan aspek service, safety
dan security plus compliance. Hal ini juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan
kepercayaan masyarakat agar memilih Garuda Indonesia sebagai penyedia jasa penerbangan.
2.10.3 Tidak ada kata kompromi dalam
keamanan
Aspek
keamanan adalah salah satu elemen penting yang harus dijalankan secara
konsisten dan komprehensif dalam industri penerbangan. Selain sebagai business
balancing, keamanan juga menjadi jaminan bagi para pengguna jasa, pegawai,
pemegang saham dan penyedia jasa eksternal untuk tetap menjadikan Garuda
Indonesia sebagai mitra penyedia jasa penerbangan. Berdasarkan hal-hal
tersebut, dalam menerapkan dan mempertahankan performa keamanan yang
tinggi, manajemen Garuda Indonesia berkomitmen untuk
- Membangun sistem keamanan yang mumpuni melalui pengembangan Manajemen Sistem Keamanan (Security Management System) dan Program Keamanan Penerbangan Garuda Indonesia secara berkesinambungan,
- Secara konsisten melakukan investasi berkelanjutan dalam hal pelatihan keamanan penerbangan termasuk investasi dalam hal sistem dan teknologi pendukung,
- Menerapkan quality assurance system dan kendali mutu secara konsisten dan pola penyampaian informasi keamanan tanpa hambatan ke seluruh unit dalam perusahaan,
- Secara cepat merespon setiap situasi dan kondisi yang dinilai dapat membahayakan keselamatan dan keamanan seseorang dan/atau infrastruktur,
- Membangun sistem komunikasi yang efektif untuk memastikan kelancaran pertukaran informasi keamanan yang relevan, sehingga mampu menghubungkan seluruh unit dalam organisasi tanpa hambatan termasuk ke senior manajer, manajer operasional, karyawan di lini depan maupun pihak eksternal yang terikat kontrak mendukung operasional perusahaan,
- Membangun dan mengembangkan budaya keamanan secara konsisten.
2.10.4
Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Lingkungan
Earth
Hour 2012 Garuda Indonesia Group
Perubahan iklim dan pemanasan global merupakan salah satu
potensi ancaman kehidupan di bumi yang paling signifikan. Perubahan pada pola
cuaca, pasokan air, pertumbuhan musiman untuk tanaman; kenaikan permukaan air laut;
dan kebakaran hutan merupakan beberapa dampak dari perubahan iklim yang sudah
kita rasakan belakangan ini dan dipastikan mempengaruhi lingkungan hidup yang
ada di sekitar kita. Ketergantungan manusia kepada listrik dari masa ke masa
semakin meningkat, sementara mayoritas pembangkit listrik berbahan bakar fosil
(minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang mengeluarkan gas rumah kaca (GRK)
berupa karbon dioksida (CO2). Hal ini jelas berakibat langsung terhadap
kenaikan dramatis suhu rata-rata Bumi.
Earth Hour adalah salah satu kampanye energi terbesar
didunia, yang diusung oleh WWF, berupa inisiatif global yang mengajak berbagai
elemen masyarakat seluruh dunia, organisasi, pusat pemerintahan, maupun
individu untuk melakukan aksi kecil untuk perubahan besar yaitu dengan
mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam
mulai pukul 20.30 – 21.30 (waktu setempat). Kegiatan ini dilakukan setiap
tahun, tepatnya setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret. Tahun ini
merupakan kali keempat Indonesia turut berpartisipasi secara aktif dalam
kegiatan Earth Hour, yang jatuh pada hari Sabtu, 31 Maret 2012. Keberhasilan
kampanye ini sangat penting dan diharapkan dapat dilakukan oleh seluruh lapisan
masyarakat di seluruh dunia mengingat pentingnya kesadaran dan aksi secara
massal dalam berperilaku hemat energi sebagai salah satu upaya mengurangi
dampak perubahan iklim yang dapat membantu mengubah kehidupan di Bumi menjadi
lebih baik.
Tahun 2012 merupakan tahun keempat kalinya Garuda Indonesia
turut berpartisipasi dalam program Earth Hour. Melihat perjalanan kampanye
Earth Hour dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012, masing-masing memiliki
tema yang berbeda, yakni:
- Earth Hour 2009 merupakan bukti kepedulian Garuda Indonesia terhadap lingkungan dalam upaya menyelamatkan bumi dengan mereduksi dampak negatif emisi yang turut berkontribusi terhadap pemanasan global untuk berpartisipasi dalam tema Earth Hour 2009 yaitu “Pilih Bumi Selamat atau bumi sekarat”.
- Komitmen Garuda Indonesia dalam pengelolaan lingkungan hidup dilanjutkan melalui partisipasi Garuda Indonesia pada Earth Hour 2010, yang turut memberi citra positif dalam rangka memberikan contoh kepada publik bahwa hemat energi itu sederhana dan mudah, yaitu dengan “kita dapat mengubah dunia dalam 1 jam matikan lampu”.
- Kampanye Earth Hour 2011 mengingatkan semua orang bahwa bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di Earth Hour saja, tetapi aksi kecil ini harus terus dibuktikan setiap hari secara efektif mengurangi gas rumah kaca, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sesuai dengan tema “Setelah satu jam, jadikan gaya hidup”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan Manfaat penerapan ERP
di PT. Garuda Indonesia dapat disimpulkan :
·
PT. Garuda Indonesia
terbukti berhasil dalam penerapan ERP karena telah berada pada fase termination.
·
Dalam penerapan pada
PT. Garuda Indonesia, ERP yang digunakan adalah SAP dengan berbagai macam modul
seperti FI, MM, AM, HRM, dan modul lainnya.
·
Sistem ERP terbukti
membantu dalam mengoptimalkan dan mengefisienkan pertukaran data yang akurat
dan cepat
3.2 Saran
Berdasarkan
kesimpulan dari hasil penelitian, dapat diajukan saran antara lain :
·
PT. Garuda Indonesia
harus terus melakukan exploitation and
development karena sesuai dengan fase fase penerapan ERP.
·
Terus memberikan
pelatihan SAP kepada SDM di PT. Garuda Indonesia.
·
Melakukan perekrutan
tenaga kerja yang sudah menguasai ERP dalam hal ini SAP
PERTANYAN DAN JAWABAN
1. RIFI HAMDANI KELOMPOK C
Pertanyaan : Apa yang dimaksud layanan first class
Jawaban : Layanan yang menawarkan konsepkeramahan asli indonesiadalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armadabaru di lengkapi dengan interior paling mutakhir,yang di lengkapi LCD TV, AUDIO, VIDEO on demand
2 TRI WAHYUDIN Keompok C
Pertanyaan : Untuk konsisten produk dan pelayanan pt garuda indonesia menargetkan penerapan penerbangan 85% , apa maksudnya ?
Jawaban : Untuk menjaga kualitas produk dan layanan dari sisi operasional, garuda indonesia menargetkanpenerbangan on time 85%. Jadi target 85% itu adalah jamgkasekian tahun,penerbangan yang tepat waktu atau on time, kemudian kalkulasikan sehingga nanti hasilnya itulah yang disebut kalkulasi 85% on time.
3. SITI MAFTUHAH Kelompok B
Pertanyaan : Selain di pt. garuda indonesia , ERP di terapkan di perusahaan apa?
Jawaban : di PT. Garuda Food menerapkan sistem ERP. untuk info lebih lanjut ,bisa searchung di internet.